Air Tercemar, Tanaman Jadi Korban
Limbah membuat tanaman tidak subur. Sayangnya, pemerintah mengaku belum mengetahui persoalan ini.
Irigasi bagi persawahan Waikomo merupakan hal terpenting yang harus selalu mendapat perhatian prioritas dari pemerintah daerah (pemda). Perhatian prioritas pemda yang menjadi harapan para petani sawah Waikomo tersebut sepertinya masih sangat jauh. Berdasarkan hasil investigasi dari Bendungan Waikomo sampai ke wilayah persawahan ditemui lebih dari 10 (sepuluh) kebocoran saluran irigasi.
Terlihat dengan sangat jelas kebo-coran itu menyebabkan banyak sekali air yang terbuang sia-sia. Menurut Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) Waikomo yang diwakili oleh Johanes Hani Ledjab, kerusakan saluran irigasi tersebut disebabkan oleh usia saluran yang telah mecapai puluhan tahun dan tanpa perawatan memadai.
Lebih lanjut dijelaskan, P3A sejauh ini tidak bisa melakukan upaya perbaikan karena ketiadaan dana. Ledjap kemudian mengatakan, pihaknya mengharapkan perhatian pemerintah untuk melakukan rehabilitasi atas kerusakan saluran irigasi tersebut.
Pemerintah Belum Tahu
Waikomo adalah sebuah kampung di bibir barat kota Lewoleba. Ia bahkan dapat dikatakan menyatu dengan pusat pemerintahan. Tidak sedikit pejabat pemerintah dan para wakil rakyat yang tinggal dan memiliki lahan kebun di areal ini. Dengan demikian, mestinya persoalan yang dihadapi warga anggota P3A di atas, terdengar dan terlihat jelas oleh mereka.
Namun, fakta berkata lain. Wakil Bupati Lembata Drs. Andreas Nula Liliweri yang dikonformasi per telepon, Senin 11 Februari 2008 silam, terkejut karena belum tahu ada kerusakan saluran irigasi. "Ama, saya belum tahu kalau ada kerusakan saluran irigasi dari bendu-ngan sampai wilayah persa-wahan. Mungkin belum ada tim teknis yang turun melakukan penelitian."
Selanjutnya orang nomor dua di Kabupaten Lembata itu menjelaskan bahwa jikapun ada kerusakan maka urusan untuk merehabilitasi diserahkan sepenuhya ke-pada Dinas Kimpraswil Kabupaten Lembata. Be-liau dengan sangat yakin mengatakan bahwa akan ada perbaikan dalam bentuk rehabilitasi ringan terhadap saluran yang rusak. Selanjutnya Wakil Bupati mengharapkan kerja sama yang baik antara warga dengan pemerintah. "Warga pengguna jasa irigasi untuk pengairan sawah diharapkan melaporkan fasilitas irigasi yang mengalami kerusakan agar pemerintah bisa melakukan tindakan perbaikan sedini mungkin," tegas mantan Kepala Dinas P & K tersebut.
Pernyataan Wakil Bupati Lembata itu mendapat tanggapan dari seorang warga yang enggan menyebutkan namanya, bahwa kerusakan (bocor) itu sudah lama terjadi, sehingga sangat mengecewakan jika pemerintah belum mengetahui hal kerusakan tersebut. "Pemerintah seharusnya lebih intensif melakukan pengawasan terhadap fasilitas umum yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat. Yang hanya bisa kami lakukan adalah melakukan kerja bakti umum untuk membersihkan saluran irigasi. Hanya itu," ujarnya.
Pencemaran Air
Irigasi bagi pertanian selain harus tersedia maksimal juga harus harus dapat dijamin terhindar dari pencemaran. Investigasi lapangan membuktikan bahwa air yang digunakan untuk mengairi persawahan Waikomo telah juga digunakan untuk mencucui kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat dan untuk mencucui pakaian.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kendaraan–kendaraan yang dicuci itu, diparkir tepat di bibir saluran sehingga limbah kendaraan yang telah tercapur detergen dan oli serta bahan bakar kendaraan lainnya dapat secara langsung mengalir ke dalam saluran air yang seterusnya bermuara ke sawah.
Sementara itu untuk mencuci pakaian terlihat langsung dilakukan di dalam saluran air. Hal ini menyebabkan air secara langsung tercemar detergen dan akan terus mengalir dan bermuara ke sawah.
Sekelompok petani yang ditemui terpisah mengatakan, pencemaran air itu sangat meresahkan. Air yang sudah mengandung bahan–bahan kimia itu akan mempengaruhi kesuburan tanaman. Mereka mungkin tidak tahu apa tepatnya bahan kimia yang merusak tanaman mereka. Tetapi, berdasarkan pengalaman para petani itu, tanaman yang telah mereka tanami tampak berdaun kuning.
Dugaan awalnya adalah tanaman tersebut mengalami kelebihan air. Mere-ka mencoba mengurangi pasokan air, tetap saja kondisi tanaman itu tidak mengalami perubahan. Kesimpulan sementara kuningnya daun-daun tanaman disebabkan tercemarnya air oleh bahan-bahan kimia tersebut. Kondisi ini selanjutnya menyebabkan buah tanaman seperti kacang panjang dan terung tampak tidak subur.
Mikhael Bala Ruing, seorang pemilik sawah mengatakan, "Kami sudah usir mereka le No. Tapi mereka tetap cuci di sini. Kami harap P3A lebih tegas lagi ka!"
Menanggapi harapan para petani itu, salah satu pengurus P3A, Yodarnus Yunus Tolok mengatakan bahwa P3A akan melakukan pemasangan rambu – rambu larangan mencuci pada sepanjang jalur saluran irigasi yang biasa digunakan untuk mencucui kendaraan dan pakaian. Selanjutnya P3A mengharapkan agar pemerintah segera menbuat aturan tegas mengenai larangan bagi warga untuk melakukan aktifitas pencucian di sepanjang saluran irigasi tersebut.
Kesuburan Tanah dan Keterbatasan Lahan
Tanah dan kesuburannya merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi produktifitas petani sawah Waikomo. Sawah Waikomo ini dibangun puluhan tahun silam. Usianya yang sudah puluhan tahun itu menunjukkan bahwa tanah dan kesuburannya sudah tidak bisa diandalkan untuk mampu menghasilkan tanaman dengan kualitas tinggi.
Untuk mengatasi masalah kesuburan tanah itu, para petani sawah harus menggunakan pupuk organik yakni Pupuk Urea. Dijelaskan bahwa penggunaan pupuk ini tidak bisa dijadikan sebagi jaminan kualitas produksi untuk tanaman. Para petani lebih mengandalkan Pupuk Bokasi, namun persediaan pupuk andalan tersebut sangat terbatas. Sejauh ini para petani hanya pasrah saja pada kondisi yang ada.
Menyinggung soal keterlibatan pemerintah mengatasi masalah ini Mikhael Bala Ruing petani Waikomo yang telah puluhan tahun mengolah sawahnya mengatakan bahwa pemerintah melalui dinas pertanian dan PPK selalu mendampingi para petani, tetapi sampai saat ini masalah kesuburan tanah belum dapat diatasi secara maksimal. "Kami harap pemerintah segera atasi masalah kami hadapi, khususnya soal kesuburan tanah. Supaya hasil sawah bagus, tanah juga harus subur ka!" tegas pria tua itu.
Selanjutnya dikeluhkan juga oleh para petani sawah bahwa luas lahan persawahan yang ada tidak lagi sebanding dengan permintaan pasar. Khusus permin-taan pasar untuk sayur-sayuran, dijelaskan bahwa dengan lahan yang ada tidak mampu mencukupi kebutuhan pasar.
Lahan terlalu kecil untuk bisa menghasilkan sayur -sayuran dalam jumlah yang banyak. Satu-satunya solusi adalah mengalihfungsikan lahan pertambangan galian C sekitar persawahan menjadi areal persawahan. Perlu diketahui juga bahwa kehadiran pertambangan galian C merupakan ancaman tersendiri bagi masa depan pertanian khususnya persawahan Waikomo.
Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Sejumlah masalah masih mendera kehidupan pertanian para petani sawah.
Masalah-masalah itu seakan membe-rikan kegelisahan tersendiri akan masa depannya. Demi membungkam kegelisahan itu, para petani sawah Waikomo berinisiatif melakukan gerakan sendiri dengan membuat kelompok usaha tani. Satu-satunya kelompok usaha tani yang telah terbentuk adalah Kelompok Tani " Pondok Tani". Kelompok tani ini diresmikan pada tanggal 17 Januari 2008 oleh Sekretaris Lurah Lewoleba Barat, Nikolaus Huku Batafor dalam sebuah misa kudus yang dipimpin oleh P. Marselinus Vande Raring, SVD.
Hadir pada acara tersebut antara lain Kepala Bank NTT Cabang Lewoleba Robertus Ardimas, serta Kepala Dinas Pertanian dan Kepala PPK Kecamtan Nubatukan. Pada kesempatan tersebut Pater Vande, sapaan manisnya, mengatakan bahwa petani jangan merasa diri rendah karena eksistensinya yang selalu berkaitan erat dengan tanah dan lumpur. "Petani seharusnya berbangga atas predikatnya karena di ujung dunia manapun hanya petani yang bisa melakukan peran menghidupkan kehidupan."
Selanjutnya Pastor yang selalu kritis terhadap persoalan sosial itu, menegaskan bahwa untuk bisa meningkatkan kesejahteraan, para petani hendaknya disentuh dengan hati.
Robertus Ardimas dalam sambutannya menjanjikan akan memberikan kredit lunak bagi pengembangan dan peningkatan usaha kelompok tani. Dikatakannya bahwa Bank NTT mendukung usaha kelompok tani dalam meningkatkan taraf hidupnya melalui pemberian kredit lunak. Robertus menegaskan bahwa kredit ini diberikan bukan untuk mempersulit para petani tetapi sebaliknya membantu meringankan beban petani dari sisi permodalan. Dalam hal ini juga Robertus kembali menegaskan tanggungjawab yang harus juga diajarkan kepada para petani.
Ketua Kelompok Tani Pondok Tani, Paulus Ola Tolok dalam sambutannya juga menegaskan soal tanggungjawab setiap anggota untuk menghidupkan kelompok demi kesejahteraan. Ia menjelaskan bahwa motivasi dasar terbentuknya kelompok tani ini adalah kegelisahan akan kesejahteraan petani yang seakan masih sangat jauh. Dengan terbentuknya kelompok ini, mudah-mudahan kekuatan petani bisa disatukan untuk bisa meruntuhkan kegelisahan itu.
Menanggapi kegelisahan itu Ketua Komunitas Satu Nurani Untuk Lembata Christo Korohama yang ditemui terpisah di kantornya menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi petani di Waikomo. Christo yang juga wartawan outsource Tempo itu menegaskan bahwa pemerintah seharusnya memberikan perhatian penuh pada usaha-usaha pertanian rakyat. Ia kemudian mengatakan, "Wajar jika para petani risau memikirkan kelangsungan produksi pertaniannya, karena secara ekonomi mereka bergantung pada lahan yang dikelolanya. Di titik ini, kita semua mengharapkan agar pemerintah mampu melahirkan kebijakan yang berpihak pada petani," tandasnya.
Tentu saja, lanjut Christo, kebijakan pemerintah tersebut juga harus mampu mendorong kemandirian petani. "Sudah saatnya para petani harus mandiri.Kelom-pok tani yang telah dibentuk sebenarnya merupakan indikasi awal bahwa petani mau mandiri. Sekarang, tinggal bagaimana pemerintah meresponnya secara lebih cerdas," ujar pria berkacamata itu.
Waikomo, sejak lama telah lumbung pemasok sayur-mayur untuk memenuhi kebutuhan warga kota Lewoleba, bahkan hingga ke kecamatan-kecamatan se-kitarnya. Ada juga yang membawa sayuran dari Waikomo hingga ke Pulau Adonara. Karena itu, sudah saatnya pemerintah turun ke lapangan untuk menuntaskan persoalan yang dihadapi warga petani di sana. [APOLONIUS SUMARLIN DAN DONI KARES ASTRIANUS]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment